Beberapa waktu yang lalu gue ikutan seminar tentang Huiselijk Geweld, Domestic Violence (indonesia: Kekerasan rumah tangga). First, the categories: physic of verbal? sexual or mind abuse? negligence or exploitation? Korbannya pun bukan hanya perempuan tapi juga laki2, anak2, tua-muda. Stereotype publik adalah korban kekerasan rt pasti perempuan. Pelakunya biasanya orang2 deket/yang kenal si korban.
Gue rasa di Indonesia juga udah banyak info mengenai kekerasan rt. Disini ada beberapa LSM untuk penampungan korban2 (biasanya perempuan), ada biro khusus untuk advise para korban, juga ada satu badan untuk post traumatic treatment. Terus untuk pelakunya juga ada 1 badan untuk psychiatric sessions (syaratnya pelaku ini mau & bersedia ikut).
Ada 1 instansi namanya Blijf van mijn lijf huis (english: A get off my body home) untuk korban2 perempuan plus anak2 mereka. Mereka bisa tinggal disini temporary & anonimously. Ada 1 kasus beberapa tahun lalu, 1 perempuan keluar dari rumah ini, nginep 1 week end di rumah ibunya. Akhirnya dia ditembak ex suaminya.
Ternyata menurut statistik Belanda hampir setengah penduduk sini korban atau pernah jadi korban bentuk kekerasan ini. Yang gue surprise denger di seminar ini, pemerintah lokal Arnhem sepakat untuk kerja sama dengan beberapa instansi, supaya handlingnya lebih cepet & better coordinated. Cuma kenapa inisiatif ini baru sekarang? Setahu gue udah lama banyak instansi yang care sama persoalan ini. Dan pertanyaan aktual adalah: gimana kita bisa tau bahwa seseorang itu korban kekerasan rt? Soalnya tau sendiri, disini hidup bener2 individualis, privacy is a sacred cause!!!
I wish all domestic violence (ex)victims good luck with going on further with their lives!
Sunday, June 1, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment